
Madinah, Arab Saudi – Para jemaah haji khusus asal Indonesia memulai pelaksanaan ibadah Arbain di Masjid Nabawi, Madinah. Ibadah ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan spiritual yang menjadi dambaan setiap muslim, khususnya mereka yang menjalani ibadah haji. Arbain merupakan amalan salat berjemaah sebanyak 40 waktu tanpa terputus di Masjid Nabawi, yang dipercaya membawa keutamaan besar di sisi Allah SWT.

Makna dan Keutamaan Arbain
Kata “Arbain” berasal dari bahasa Arab yang berarti “empat puluh”. Dalam konteks ibadah haji, Arbain merujuk pada pelaksanaan salat fardu berjamaah sebanyak 40 waktu secara berturut-turut di Masjid Nabawi. Ini mencakup lima waktu salat dalam delapan hari berturut-turut, yang berarti jemaah harus hadir di Masjid Nabawi untuk setiap waktu salat tanpa terputus.
Arbain bukanlah bagian dari rukun atau wajib haji, namun menjadi amalan yang sangat dianjurkan karena keutamaannya yang luar biasa. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang salat di masjidku sebanyak 40 salat, tidak ketinggalan satu salat pun, maka akan ditulis baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari azab, dan terbebas dari kemunafikan.”
(HR Ahmad dan Thabrani)
Hadis ini menjadi motivasi utama bagi para jemaah haji, khususnya jemaah haji khusus, untuk memaksimalkan keberadaannya di Madinah dengan melaksanakan ibadah Arbain.
Fasilitas dan Pendampingan bagi Jemaah Haji Khusus
Jemaah haji khusus, yang merupakan bagian dari kuota haji Indonesia di luar haji reguler, umumnya mendapatkan layanan tambahan berupa akomodasi yang lebih dekat dengan Masjid Nabawi, serta bimbingan intensif dari pembimbing ibadah. Hal ini memudahkan pelaksanaan Arbain yang memerlukan komitmen waktu dan kedisiplinan tinggi.
Pihak Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) telah mempersiapkan segala kebutuhan jemaah sejak keberangkatan hingga proses pelaksanaan Arbain. Fasilitas seperti penginapan yang berdekatan dengan Masjid Nabawi, transportasi, konsumsi, serta bimbingan ibadah disiapkan untuk memastikan jemaah dapat fokus beribadah.
Menurut pernyataan salah satu pembimbing haji khusus, Ustaz H. Zainal Arifin, pelaksanaan Arbain ini menjadi salah satu prioritas program spiritual yang diberikan kepada jemaah. “Kami memastikan jemaah memahami tujuan dan keutamaan Arbain serta membimbing mereka agar bisa mengikuti setiap waktu salat dengan tertib,” ujarnya.
Antusiasme dan Ketekunan Jemaah
Meski cuaca Madinah saat musim haji bisa mencapai suhu ekstrem hingga di atas 45 derajat Celsius, semangat para jemaah tidak surut. Mereka tetap antusias berjalan menuju Masjid Nabawi setiap waktu salat, bahkan datang lebih awal untuk mendapatkan tempat di dalam masjid yang sangat luas namun tetap cepat penuh, terutama menjelang salat Magrib dan Isya.
Salah satu jemaah asal Surabaya, Hj. Siti Aminah, mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa mengikuti ibadah Arbain. “Saya sudah memimpikan ini sejak lama. Bisa salat di Masjid Nabawi selama delapan hari berturut-turut, berjamaah bersama ribuan muslim dari seluruh dunia, rasanya luar biasa,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, meskipun tenaga fisik cukup terkuras, ia merasa kekuatan spiritualnya justru meningkat. “Kalau sudah niat dan ikhlas, lelah itu jadi ringan,” tambahnya.

Pengaruh Spiritual dan Ketenangan Batin
Masjid Nabawi merupakan salah satu dari tiga masjid utama dalam Islam yang sangat dimuliakan, selain Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Al-Aqsa di Palestina. Keberadaan Raudhah — area antara mimbar dan makam Nabi Muhammad SAW — juga menjadi daya tarik utama yang memberikan pengalaman spiritual mendalam bagi setiap jemaah.
Pelaksanaan Arbain bukan hanya tentang kehadiran fisik dalam salat berjamaah, namun juga menjadi momen kontemplasi, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan meneladani kehidupan Nabi Muhammad SAW. Banyak jemaah yang mengisi waktu di luar salat dengan membaca Al-Qur’an, zikir, dan memperbanyak doa.
Bagi sebagian besar jemaah haji khusus, pengalaman spiritual ini menjadi kenangan yang akan terus hidup dalam ingatan mereka. “Saya merasa damai, seolah berada dekat dengan Rasulullah. Suasana di Masjid Nabawi tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata,” ungkap Bapak H. Mulyadi, jemaah asal Bandung.
Evaluasi dan Kepuasan Jemaah
Berdasarkan evaluasi dari sejumlah PIHK, pelaksanaan Arbain berjalan lancar dan mendapat respon positif dari jemaah. Banyak yang menyatakan puas dengan pelayanan serta pendampingan yang diberikan. Salah satu faktor kunci keberhasilan adalah koordinasi yang baik antara pembimbing ibadah, pihak hotel, dan petugas lokal.
“Kami berusaha maksimal agar setiap jemaah bisa mengikuti Arbain tanpa kendala, baik dari segi waktu, kondisi fisik, maupun pemahaman ibadah,” ujar koordinator lapangan PIHK, Ahmad Fauzi. Ia menambahkan bahwa pendekatan personal kepada jemaah, terutama lansia, sangat penting agar mereka tetap semangat dan tidak merasa terbebani.

Penutup
Ibadah Arbain di Masjid Nabawi menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual jemaah haji khusus. Meskipun bukan kewajiban dalam ibadah haji, amalan ini memberikan pengalaman yang mendalam dan memperkuat ikatan spiritual jemaah dengan Nabi Muhammad SAW serta ajaran Islam secara keseluruhan.
Dengan dukungan fasilitas, bimbingan, dan manajemen yang baik, pelaksanaan Arbain berjalan dengan tertib dan penuh kekhusyukan. Bagi banyak jemaah, ini adalah puncak dari perjalanan ruhani mereka — sebuah kenangan yang akan terus hidup dan menjadi bekal keimanan seumur hidup.